Nollywood, Kebangkitan Industri Film Nigeria, Juga Afrika

Nollywood, Kebangkitan Industri Film Nigeria, Juga Afrika

Nollywood, Kebangkitan Industri Film Nigeria, Juga Afrika – Pada tahun 1992, setelah bertahun-tahun hanya jadi konsumen, dan menonton hanya film impor dari Amerika, India atau Cina, industri film lokal Nigeria akhirnya bisa muncul membawa judul film perdana mereka. “Living in Bondage,” sebuah thriller dramatis yang pejualannya dircet to video, berkisah tentang seorang pria yang mengorbankan istrinya untuk pemujaan setan dan setelah itu dihantui oleh arwahnya. Banyak yang menandai film ini sebagai permulaan “tidak resmi” industri film rumahan di Nigeria, yang akhirnya dijuluki “Nollywood,” dan kini telah menghasilkan 1.500 lebih film dalam setahun – jauh lebih banyak daripada Hollywood, dan nomor dua setelah industri film India, Bollywood.

Saat ini, film Nollywood tersedia secara global di ponsel, Netflix dan YouTube, dan di rumah semua orang di seluruh Afrika. Dalam buku barunya “Nollywood: The Making of a Film Empire,” jurnalis Emily Witt berpendapat bahwa Nollywood memang diposisikan untuk menjadi merek global seperti halnya film Bollywood atau film kung fu. Terlepas dari banyak kendala yang mungkin dihadapi pembuat film: pemadaman listrik, kelangkaan bahan bakar, ketidakstabilan politik dan banyak lagi.

“Ada banyak film di Nigeria selama bertahun-tahun, tetapi tidak ada yang membicarakan film dari sini.”

Pendahuluan buku itu, sebagaimana diteruskan ke Witt oleh pembuat film dokumenter Nigeria Femi Odugbemi, menggambarkan bagaimana sinema dan budaya lain di Nigeria selama beberapa dekade didominasi oleh narasi para penjajah. (Nigeria berada di bawah kekuasaan Inggris dari tahun 1901 hingga 1960, ketika sebuah gerakan kemerdekaan mengarah pada pemerintahan sendiri) Tetapi kemudian, Odugbemi mengatakan kepada Witt, “Orang-orang yang tadinya menjadi konsumen mulai menjadi pencerita… Ada banyak film di Nigeria sudah bertahun-tahun, Tidak ada yang mengakui keberadaan kita karena budaya yang berbeda, peradaban yang berbeda, aspirasi yang berbeda.”

Padahal sudah dari pertama kalinya, film-film di Nigeria tidak menunjukkan “pornografi dan kemiskinan”, tetapi juga mereka yang memiliki delapan mobil dan rumah besar. Itu menunjukkan orang-orang yang setia kepada istri, dan orang yang berselingkuh, seperti yang terjadi di Barat. Dan itu mengeksploitasi konflik kepentingan dalam negara itu sendiri, dalam mitologi, dalam spiritualitas, dalam lingkungan. Hanya satu dekade setelah “Living in Bondage,” film-film Hollywood, dibuat dalam sekitar 300 bahasa, ditonton di daerah perkotaan dan pedesaan, didistribusikan di jalan-jalan dan bisa ditonton secara online, serta menemukan jalan ke festival internasional.

Dan sejak tahun 2000-an, film Nollywood hanya terus berkembang biak dan menyebar. Kami baru-baru ini berbicara kepada Witt tentang fenomena budaya, bagaimana penyebarannya, dan bagaimana film-film Nollywood saat ini memiliki pengaruh antara Nigeria dan dunia. Sebagaimana ungkapan Emily, sebelumnya, Hollywood ada di mana-mana. Apa dia temukan akhirnya menarik walau tidak mengejutkan sama sekali, adalah orang afro amerika di Amerika tidak pernah tertarik membuat film di Nollywoof. “Saya belum pernah melihat Danny Glover seperti duduk di bar di Nigeria.”

Baginya, Hollywood telah lama mengabaikan orang-orang kulit hitam Afrika, dan begitu juga film-film yang diputar di Nigeria, di mana film Hollywood yang laku dijual di Nigeria adalah yang menayangkan aktor kulit hitam. Barang-barang bajakan yang tersebar adalah film “Empire,” “Scandal,” atau film yang ada Viola Davis di dalamnya. Atau “Game of Thrones”, tapi yang jelas film yang lebih banyak aktor Afrika-Amerika. Bukan untuk niatan rasis, tapi butuh pengakuan.